Wednesday, January 28, 2009

lumpur pasti berlalu

tiap kali ke arah malang, aku selalu ngelewati lumpur lapindo di porong, tapi ga pernah mampir. akhirnya nih hari aku usahakan diri untuk mampir (padahal aku lagi ga ke arah malang). aku datang ke lumpur lapindo kira-kira jam lima sore. suasana di tkp rame juga, ada beberapa pasang muda-mudi memadu kasih sambil menikmati sunset, ada juga rombongan mahasiswa dari jogjakarta, tukang ojek dan beberapa pengemis. begitu markir mobil, aku langsung ditodong uang parkir. masuk ke area lumpur, aku ditodong lagi karcis masuk 3000. untuk melihat lumpur, aku harus menaiki beberapa anak tangga yang agak terjal, sambil disuit-suiti beberapa pemuda karang taruna hehe. Sepanjang mata memandang, yang tampak hanyalah lautan lumpur berasap, beberapa tumbuhan mati dan atap rumah naas. tak puas melihat yang itu-itu saja, akhirnya aku pergunakan jasa ojek (ojeknya ibu-ibu, bo!) guna melihat sumber lumpur dari dekat. sepanjang ngojek, ibu itu bercerita tentang rumahnya yang hancur lebur dan setelah dua tahun berlalu, ganti rugi yang dijanjikan pt lapindo tak kunjung terealisasi (ganti rugi yang diberikan baru 20%). akhirnya demi menyambung hidup, beliau terpaksa ngojek di area lumpur, padahal area ini sangat ga sehat, karena penuh debu dan gas yang baunya menyengat. sampai hari ini, lumpur masih saja keluar hingga mencapai ketinggian 15 meter, padahal beberapa kubik lumpur sudah dikirim ke kali porong. malam menjelang, akhirnya aku menyudahi tur-ku. sebelum pulang, aku iseng bagi-bagi coklat dan minuman ale-ale. penduduk di sekitar lapindo langsung menyemut saling berebut. hatiku jadi pedih, “begitu susahnya kah hidup mereka?”, “kapankah musibah ini akan berakhir?”. aku ga bisa menjawabnya, God only knows.







No comments:

Post a Comment